Selasa, 11 November 2014

2. HEWAN KHAS NOYOLALI

SAPI PERAH ( Bos sp. )
 




1. SEJARAH SINGKAT
Sapi adalah hewan ternak terpenting sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja dan
kebutuhan lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia,
95% kebutuhan susu dan 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili
Bovidae
. seperti
halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), dan anoa.
Domestikasi sapi mulai dilakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia
Tengah, kemudian menyebar ke Eropa, Afrika
dan seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir
abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba dan sejak saat itu pulau
tersebut dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni.
Pada tahun 1957 telah dilakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura dengan jalan
menyilangkannya dengan sapi
Red Deen
. Persilangan lain yaitu antara sapi lokal (peranakan Ongole) dengan sapi perah
Frisian Holstein
di Grati guna diperoleh sapi perah
jenis baru yang sesuai dengan iklim dan kondisi di Indonesia.
2. SENTRA PERIKANAN
Sentra peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark,
Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika dan Asia (India dan
Pakistan). Sapi
Friesian Holstein
misalnya, terkenal dengan produksi susunya yang tinggi (+ 6350 kg/th), dengan persentase lemak susu sekitar 3-7%. Namun demikian sapi-sapi perah
tersebut ada yang mampu berproduksi hingga mencapai 25.000 kg susu/tahun, apabila
digunakan bibit unggul, diberi pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, lingkungan
yang mendukung dan menerapkan budidaya dengan
manajemen yang baik. Saat ini
produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yang beriklim
sedang. Produksi susu sapi di PSPB masih kurang dari 10 liter/hari dan jauh dari standar
normalnya 12 liter/hari (rata-ratanya hanya 5-8 liter/hari).
3. JENIS
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yang terdapat di dunia ada dua, yaitu (1)
kelompok yang berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) atau jenis sapi yang berpunuk, yang
berasal dan tersebar di daerah tropis serta (2) kelompok dari
Bos primigenius
, yang tersebar
di daerah sub tropis atau lebih dikenal dengan
Bos Taurus
.
Jenis sapi perah yang unggul dan paling banyak dipelihara adalah sapi Shorhorn (dari
Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Yersey (dari selat Channel antara Inggris danPerancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) dan Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukkan bahwa jenis sapi perah yang paling cocok dan menguntungkan untuk dibudidayakan di Indonesia adalah Frisien Holstein.
 4. MANFAAT
Peternakan sapi menghasilkan daging sebagai sumber protein, susu, kulit yang
dimanfaatkan untuk industri dan pupuk kandang sebagai salah satu sumber organik lahan
pertanian.
 5. PERSYARATAN LOKASI
Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya cukup jauh dari
pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan. Kandang harus terpisah dari
 rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan sinar matahari harus dapat menembus
pelataran kandang serta dekat dengan lahan pertanian. Pembuatannya dapat dilakukan
secara berkelompok di tengah sawah atau ladang.







6. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
6.1. Penyiapan Sarana dan Peralatan
Kandang dapat dibuat dalam bentuk ganda atau tunggal, tergantung dari jumlah sapi yang
dimiliki. Pada kandang tipe tunggal, penempatan sapi dilakukan pada satu baris atau satu
jajaran, sementara kandang yang bertipe ganda penempatannya dilakukan pada dua jajaran
yang saling berhadapan atau saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran tersebut
biasanya dibuat jalur untuk jalan.
Pembuatan kandang untuk tujuan penggemukan (kereman) biasanya berbentuk tunggal
apabila kapasitas ternak yang dipelihara hanya sedikit. Namun, apabila kegiatan
penggemukan sapi ditujukan untuk komersial, ukuran kandang harus lebih luas dan lebih
besar sehingga dapat menampung jumlah sapi
yang lebih banyak. Lantai kandang harus
diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya berbagai penyakit. Lantai terbuat dari
tanah padat atau semen, dan mudah dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi
dengan jerami kering sebagai alas kandang yang hangat. Seluruh bagian kandang dan
peralatan yang pernah dipakai harus disuci hamakan terlebih dahulu dengan desinfektan,
seperti creolin, lysol, dan bahanbahan lainnya.
Ukuran kandang yang dibuat untuk seekor sapi jantan dewasa adalah 1,5x2 m atau 2,5x2
m, sedangkan untuk sapi betina dewasa adalah 1,8x2 m dan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m
per ekor, dengan tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekitar kandang 25-40
derajat C (rata-rata 33 derajat C) dan kelembaban 75%. Lokasi pemeliharaan dapat
dilakukan pada dataran rendah (100-500 m) hingga dataran tinggi (> 500 m).
6.2. Pembibitan
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa adalah: (a) produksi
susu tinggi, (b) umur 3,5-4,5 tahun dan sudah pernah beranak, (c) berasal dari induk dan
pejantan yang mempunyai keturunan produksi susu tinggi, (d) bentuk tubuhnya seperti baji,
(e) matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan atau kaki
belakang cukup lebar serta kaki kuat, (f) ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup
baik, apabila diraba lunak, kulit halus, vena susu banyak, panjang dan berkelokkelok, puting
susu tidak lebih dari 4, terletak dalam segi empat yang simetris dan tidak terlalu pendek, (g)
tubuh sehat dan bukan sebagai pembawa penyakit menular, dan (h) tiap tahun beranak.
Sementara calon induk yang baik antara lain: (a) berasal dari induk yang menghasilkan air
susu tinggi, (b) kepala dan leher sedikit panjang, pundak tajam, badan cukup panjang,
punggung dan pinggul rata, dada dalam dan pinggul lebar, (c) jarak antara kedua kaki
belakang dan kedua kaki depan cukup lebar, (d) pertumbuhan ambing dan puting baik, (e)
jumlah puting tidak lebih dari 4 dan letaknya simetris, serta (f) sehat dan tidak cacat.
Pejantan yang baik harus memenuhi kriteria sebagai berikut: (a) umur sekitar 4-5 tahun, (b) 
memiliki kesuburan tinggi, (c) daya menurunkan sifat produksi yang tinggi kepada anak-
anaknya, (d) berasal dari induk dan pejantan yang baik, (e) besar badannya sesuai dengan
umur, kuat, dan mempunyai sifat-sifat pejantan yang baik, (f) kepala lebar, leher besar, 
pinggang lebar, punggung kuat, (g) muka sedikit panjang, pundak sedikit tajam dan lebar,
(h) paha rata dan cukup terpisah, (i) dada lebar dan jarak antara tulang rusuknya cukup
lebar, (j) badan panjang, dada dalam, lingkar dada dan lingkar perut besar, serta (k) sehat,
bebas dari penyakit menular dan tidak menurunkan cacat pada keturunannya.
1) Pemilihan Bibit dan Calon Induk
Untuk mengejar produktivitas ternak yang tinggi, diperlukan perbaikan lingkungan hidup dan
peningkatan mutu genetik ternak yang bersangkutan. Bibit yang baru datang harus
dikarantina untuk penularan penyakit. Kemudian bi
bit diberi minum air yang dicampur garam
dapur, ditempatkan dalam kandang yang bersih dan ditimbang serta dicatat penampilannya.
2) Perawatan Bibit dan Calon Induk
Seluruh sapi perah dara yang belum menunjukkan tanda-tanda birahi atau belum bunting
setelah suatu periode tertentu, harus disisihkan. Jika sapi yang disisihkan tersebut telah
menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali
berdasarkan produksi susunya, kecenderungan






terkena radang ambing dan temperamennya.
3) Sistim Pemuliabiakan
Seringkali sapi perah dara dikawinkan dengan pejantan pedaging untuk mengurangi risiko
kesulitan lahir dan baru setelah menghasilkan anak satu dikawinkan dengan pejantan sapi
perah pilihan. Bibit harus diberi kesempatan untuk bergerak aktif paling tidak 2 jam setiap
hari.
6.3. Pemeliharaan
1) Sanitasi dan Tindakan Preventif
Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan sehingga peternak mudah
mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya sulit
dilakukan karena sapi-sapi yang dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yang
dipelihara dalam naungan (ruangan) memiliki konsepsi produksi yang lebih tinggi (19%)
dan produksi susunya 11% lebih banyak daripada tanpa naungan. Bibit yang sakit segera
diobati karena dan bibit yang menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
2) Perawatan Ternak
Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan setiap hari setelah
kandang dibersihkan dan sebelum pemerahan susu. Kandang harus dibersihkan setiap
hari, kotoran kandang ditempatkan pada penampungan khusus sehingga dapat diolah
menjadi pupuk. Setelah kandang dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam sebagai
alas lantai yang umumnya terbuat dari je
rami atau sisa-sisa pakan hijauan (seminggu
sekali tilam tersebut harus dibongkar). Penimbangan dilakukan sejak sapi pedet hingga
usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang
setiap bulan atau 3 bulan sekali. Sapi yang baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi
dewasa dapat ditimbang dengan melakukan taksiran pengukuran berdasarkan lingkar
dan lebar dada, panjang badan dan tinggi pundak.
3) Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada sapi dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu:
a) sistem penggembalaan (pasture fattening)
b) kereman (dry lot fattening)
c) kombinasi cara pertama dan kedua.
Pakan yang diberikan berupa hijauan dan konsentrat. Hijauan yang berupa jerami padi,
pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala atau rumput raja.
Hijauan diberikan siang hari setelah pemerahan sebanyak 30-50 kg/ekor/hari. Pakan
berupa rumput bagi sapi dewasa umumnya diberikan sebanyak 10% dari bobot badan(BB) dan pakan tambahan sebanyak 1-2% dari BB. 
Sapi yang sedang menyusui (laktasi)
memerlukan makanan tambahan sebesar 25%
hijauan dan konsentrat dalam ransumnya.
Hijauan yang berupa rumput segar sebaiknya ditambah dengan jenis kacang-kacangan
(legum).
Sumber karbohidrat berupa dedak halus atau bekatul, ampas tahu, gaplek, dan bungkil
kelapa serta mineral (sebagai penguat) yang berupa garam dapur, kapur, dll. Pemberian
pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari dan sore hari sebelum sapi diperah
sebanyak 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi harus diberi air minum sebanyak 10%
dari berat badan per hari. Pemeliharaan utama adalah pemberian pakan yang cukup dan
berkualitas, serta menjaga kebersihan kandang dan kesehatan ternak yang dipelihara.
Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan dengan penggembalaan di awal
musim kemarau, setiap hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan dan
pakan diberikan menurut jatah. Penggembalaan bertujuan pula untuk memberi
kesempatan bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
4)Pemberian probiotik MiG Ternak / migro SUPLEMEN diberikan sehari sekali dicampurkan pada lolohan/comboran/konsentrat. Dosis yang diberikan adalah 30ml /ekor/hari.
5) Pemeliharaan Kandang
Kotoran ditimbun di tempat lain agar m
engalami proses fermentasi (+1-2 minggu) dan
berubah menjadi pupuk kandang yang sudah matang dan baik. Kandang sapi tidak boleh
tertutup rapat (agak terbuka) agar sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yang bersih harus tersedia setiap saat. Tempat pakan dan minum sebaiknya dibuat di









luar kandang tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi agar
pakan yang diberikan tidak diinjak-injak atau tercampur dengan kotoran. Sementara
tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen dan sedikit lebih tinggi
daripada permukaan lantai. Sediakan pula peralatan untuk memandikan sapi.
7. HAMA DAN PENYAKIT
7.1. Penyakit
1)
Penyakit antraks
Penyebab
:
Bacillus anthracis
yang menular melalui kontak langsung,
makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala
: (1) demam tinggi, badan lemah dan
gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat
kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang
keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering
bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian
:
vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta
mengubur/membakar sapi yang mati.
2)
Penyakit mulut dan kuku (PMK) atau penyakit
Apthae epizootica
(AE)
Penyebab
: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air
liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala
: (1) rongga mulut, lidah, dan
telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening;
(2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan
tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan.
Pengendalian
: vaksinasi
dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
3)
Penyakit ngorok/mendekur atau penyakit
Septichaema epizootica
(SE)
Penyebab
: bakteri
Pasturella multocida
. Penularannya melalui makanan dan minuman
yang tercemar bakteri.
Gejala
: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak,
berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru
meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam
dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi
akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian
: vaksinasi anti SE dan diberi
antibiotika atau sulfa.
4)
Penyakit radang kuku atau kuku busuk (foot rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipe












lihara dalam kandang yang basah dan kotor.
Gejala
: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh;
(2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi
pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
7.2. Pencegahan Serangan
Upaya pencegahan dan pengobatannya dilakukan dengan memotong kuku dan merendam
bagian yang sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yang diulangi seminggu sekali
serta menempatkan sapi dalam kandang yang bersih dan kering.
8. PANEN
8.1. Hasil Utama
Hasil utama dari budidaya sapi perah adalah susu yang dihasilkan oleh induk betina.
8.2. Hasil Tambahan
Selain susu sapi perah juga memberikan hasil lain yaitu daging dan kulit yang berasal dari
sapi yang sudah tidak produktif serta pupuk kandang yang dihasilkan dari kotoran ternak.
9. ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA
9.1.Analisis Usaha Budidaya
Usaha ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil dan
belum mencapai usaha yang berorientasi ekonom
i. Rendahnya tingkat produktivitas ternak
tersebut lebih disebabkan oleh kurangnya modal, serta pengetahuan/ketrampilan petani
yang mencakup aspek reproduksi, pember
ian pakan, pengelolaan hasil pascapanen,
penerapan sistem
recording
, pemerahan, sanitasi dan pencegahan penyakit. Selain itu
pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga harus ditingkatkan sehingga keuntungan
yang diperoleh sebanding dengan pemeliharaannya.
Produksi susu sapi di dunia kini sudah melebihi 385 juta m2/ton/th dengan tingkat penjualan
sapi dan produknya yang lebih besar daripada pedet, pejantan, dan sapi afkiran. Di Amerika
Serikat, tingkat penjualan dan pembelian sapi dan produknya secara tunai mencapai 13%
dari seluruh peternakan yang ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet),
pejantan sapi perah, dan sapi afkir hanya berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih
perlu ditingkatkan seiring dengan peningkatan jumlah penduduk di dunia ini. Untuk
mencapai tingkat produksi yang tinggi maka pengelolaan dan pemberian pakan harus
benar-benar sesuai dengan kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yang dapat
dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5-4% dari bahan kering
9.2.Gambaran Peluang Agribisnis
Usaha peternakan sapi perah keluarga memberikan keuntungan jika jumlah sapi yang
dipelihara minimal sebanyak 6 ekor, walaupun tingkat efisiensinya dapat dicapai dengan
minimal pengusahaannya sebanyak 2 ekor dengan ratarata produksi susu sebanyak 15lt/hari. Upaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah tersebut dapat juga dilakukan dengan melakukan diversifikasi usaha. Selain itu melakukan upaya kooperatif dan integratif (horizontal dan vertikal) dengan petani lainnya dan instansiinstansi lain yang berkompeten, serta tetap memantapkan pola PIR diatas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar